Rabu, 07 April 2010
Vespa Orisinil Lebih Dihargai
BICARA scooter Italia, Vespa memang tidak ada habisnya. Baik sejarah, modifikasi maupun perkembangan modelnya. Termasuk pula mengenai gaya hidup dan sosial pemiliknya.
Bentuk yang unik ditopang mesin dua langkah sederhana, begitu alasan umum penggemar karya para insinyur teknik pesawat terbang ini jatuh hati.
Salah satunya Edi Putranto, sebut saja sebagai pengagum berat sepeda motor yang sudah ada sejak zaman pre war ini. Dirinya menyebut Vespa sebagai kendaraan ?sopan'.
"Hakikinya scooter adalah kendaraan ?sopan'. Kenapa? Dia tidak kencang, desain bodynya dirancang untuk menjaga dan menunjang kegiatan pemiliknya," tutur penghoby barang antik ini.
Sejak 1990-an, bapak satu putera ini sudah terpincut dengan Vespa. Perlahan dirinya menyelami dunia Vespa dengan segala keunikannya. Kini koleksi kebanggaannya berbaris rapih di teras rumahnya.
Mulai dari lansiran tahun 1952, dua lambreta dan termuda model grand sport tipe MK produksi 1960. Semuanya masih dalam kondisi bugar, kendati usia mereka sudah cukup senja.
"Vespa pertama saya beli dengan modal Rp4 juta, itu tahun 1990-an. Saya tidak tahu menahu bahannya darimana. Namun yang jelas dengan biaya sebesar itu, saya sudah bisa memiliki Vespa yang partnya pesan langsung dari negeri asalnya, Italia," kisah Edi, tentang Vespa pertamanya.
Karena memiliki history panjang serta filosofi mendalam, pemilik Vespa Kongo, produksi Uni Soviet tahun 1955 ini menyayangkan jika kendaraan dengan posisi mesin samping ini harus dirubah bentuk. Pasalnya, dari sebuah orisinalitas, nilai Vespa dapat lebih dihargai.
"Dari Vespa, saya cukup mendapatkan banyak hal, minimal banyak dikenal tetangga," kelakar penggiat event organizer ini. "Keinginan saya terhadap Vespa, hanya ingin jika sedang mengendarainya di jalan. Pengguna sepeda motor lainnya memberikan perhatian ke motor ini. Sepertinya ketika mereka melihat motor besar melintasi jalan," tutup Edi.
0 komentar:
Posting Komentar